Media Berita Online Bali Terkini, Kabar Terbaru Bali - Beritabali.com

Kian Mengkhawatirkan, Jaringan Jurnalis Peduli Sampah Gelar FGD 'Bali Darurat Sampah'

'Bali Darurat Sampah', Jaringan Jurnalis Peduli Sampah Gelar FGD Menampilkan Dua Narasumber dari Akademisi dan Praktisi, Kamis (16/3/2023).

Denpasar, PorosBali.com- Jaringan Jurnalis Peduli Sampah (J2PS) kembali menggelar Forum Group Discussion (FGD) di Kantor Bisnis Indonesia, Jalan Sudirman Denpasar, Kamis (16/3/2023).

 

Ketua J2PS, Agustinus Apolonaris KD menyampaikan FGD menampilkan dua narasumber masing-masing I Gede Herdrawan, Ph.D., akademisi yang juga ahli Oceanografi Unud dan I Putu Ivan Yunatana, Ketua APSI Bali Nusa Tenggara yang juga founder Bali Waste Cycle.

Kali ini FGD mengangkat topik "Bali Darurat Sampah"  menghadirkan puluhan wartawan dan pengelola media baik cetak, elektronik dan media online di wilayah Bali. Selain dari kalangan media, FGD juga dihadiri sejumlah mahasiswa peduli sampah dari sejumlah perguruan tinggi di Bali.

Gede Hendrawan menegaskan, Bali takkan berhenti pada istilah darurat sampah. Selain produk rumah tangga, sampah di Bali merupakan kiriman dari daerah lainnya di Indonesia. “Sampah kiriman ini datang pada puncak musim barat yakni Desember, Januari dan Februari,” tegasnya.

Dia menunjukkan data, produksi sampah di Bali 4.200 ton per hari. Dari jumlah tersebut, hanya 48 persennya yang terkelola, dan hanya 5 persen yang masuk ke pengelolaan. “Dari jumlah itu, 70 persen berasal dari wilayah Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan (Sarbagita),” katanya.

Dia juga merinci, dari jumlah 4.200 ton sampah per hari, 30 persennya merupakan sampah plastik dan sisanya 70 persen merupakan sampah organik. “Tercatat 30 persen merupakan sampah plastik,” tegasnya.

Sampah kiriman ini menyasar pesisir Kuta, Seminyak Legian dan beberapa pantai khususnya di Bali Selatan. Hal ini karena sejumlah pantai tersebut berupa cekungan sehingga sampah tertahan di tempat tersebut.

Pada kesempatan itu, Hendrawan juga menyampaikan dampak sampah bagi destinasi wisata Kuta dan dampaknya bagi kesehatan. Untuk sejumlah destinasi, katanya, menjadi isu yang sangat seksi terutama digunakan oleh kompetitor Bali di luar negeri. Sampah dijadikan isu untuk menjatuhkan Bali di mata calon wisatawan sehingga wisatawan berpindah ke destinasi lainnya di luar negeri.

Selanjutnya bagi kesehatan, dia menyebut, sudah terjadi pencemaran terhadap biota laut seperti ikan. Ikan-ikan konsumsi sudah ada yang tercemar limbah logam dan sebagainya. “Untuk dampaknya secara riil apakah membahayakan bagi kesehatan atau tidak, tentu kami harus bekerja sama dengan pihak Dinas Kesehatan maupun Fakultas Kedokteran,” tegasnya.

Sementara itu, Putu Ivan Yunatana lebih banyak memberikan solusi bahwa pengelolaan sampah terutama sampah anorganik seperti plastik bisa dijadikan bahan untuk berbagai peralatan rumah tangga. Setelah diolah, sampah plastik bisa diolah menjadi meja, kursi, kaki palsu dan sebagainya. Sementara sampah organik bisa diolah menjadi kompos, pupuk dan produk pengganti batubara.

Untuk mengurangi volume sampah, Bali perlu Putu Ivan Putu Ivan lainnya. Pemerintah perlu hadir untuk mendukung pengusaha sampah yang ada dan memfasilitasi peralatan serta produk jadi yang dihasilkan sehingga volume sampah yang diolah bisa dalam jumlah besar. Pupuk atau kompos yang dihasilkan dari sampah organik perlu dibeli oleh pemerintah selanjutnya diberikan kepada petani untuk meningkatkan produksi pertanian.

Selain itu, diresmikannya TPST Kertalangu di Denpasar memberi angin segar dalam rangka pengelolaan sampah. Ini tentu saja menjadi solusi untuk mengurangi sampah menuju tempat pembuangan akahir (TPA). Selain diolah di TPST, warga juga mulai diedukasi untuk mengolah sampah di sumbernya. Minimal dengan cara memilah antara sampah organik dan anorganik. (pbm2)

 


TAGS :

Komentar