Media Berita Online Bali Terkini, Kabar Terbaru Bali - Beritabali.com

'Multiflayer Effect', KTT G20 Diprediksi Tingkatkan PDB Bali Rp 209 Milyar

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Rizki Ernadi Wimanda didampingi Deputi Direktur Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Provinsi Bali, Donny H. Heatubun.

Denpasar, PorosBali.com- Pelaksanaan KTT G20 di Bali pada tahun 2022 ini diprediksi akan memberikan dampak positif bagi perekonomian dan kepariwisataan di Pulau Bali. Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Rizki Ernadi Wimanda mengatakan dampak yang diberikan akan menyeluruh jika event KTT G20 berjalan sukses.

"Dampak positif dari sisi ekonomi dan pariwisata Bali sangat jelas, karena akan ada uang yang beredar. Ekonomi dan pariwisata Bali tumbuh, sehingga multiflayer effect,” katanya didampingi Deputi Direktur Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Provinsi Bali, Donny H. Heatubun pada acara Capacity Building (Capbul) Media Bali dengan tema 'Presidensi G 20 Indonesia' di Denpasar, Rabu (26/01/2022).

Untuk itu Rizki maupun Donny berharap semua pihak agar turut menyukseskan pelaksanaan KTT G20 di Bali. Apalagi dalam waktu cukup panjang mulai Februari hingga Oktober 2022 akan ada banyak acara yang digelar.

"Ini membuat geliat ekonomi dan pariwisata Bali akan hidup. Hotel dan industri pariwisata lain terkena imbasnya,” ujar Rizky.

Ditambahkannya ada manfaat jangka pendek, jangka menengah hingga jangka panjang bagi Indonesia yang menjadi tuan rumah Presidensi G20. Dijelaskan, manfaat jangka pendek akan ada penyerapan tenaga kerja (Naker) sekitar 16.000 orang yang tersebar di berbagai lokasi pertemuan di Bali khususnya.

"Selain itu dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) Bali sebesar Rp 209 milyar. Okupansi rate hotel pada Desember 2021 sebesar 23,6 persen kami prediksi akan naik menjadi 40,6 persen," imbuhnya.

Sementara manfaat jangka menengah dan jangka panjang diantaranya memajukan pariwisata nasional dan pemulihan ekonomi, menampilkan kemajuan pembangunan Indonesia yakni infrastruktur, konektivitas dan green and sustainable growth.

Saah satu kesuksesan G20 terbesar menurut Rizky adalah dukungannya dalam mengatasi krisis keuangan global 2008. G20 telah mengubah mengubah tata kelola keuangan global, dengan menginisiasi paket stimulus fiskal dan moneter yang terkoordinasi, dalam skala sangat besar. G20 juga mendorong peningkatan kapasitas kredit IMF, serta berbagai pengembangan bank utama.

"G20 dianggap telah membantu dunia kembali ke jalur pertumbuhan, serta mendorong beberapa reformasi penting di bidang keuangan," terangnya..

Inisiatif G20 dalam penanganan pandemi mencakup penangguhan pembayaran utang negeri negara rendah, Injeksi triliun penanganan Covid-19 >5 triliun USD (Deklarasi Riyadh), penurunan/penghapusan pajak impor, pengurangan bea untuk vaksin, pembersih tangan, disinfektan, alat medis dan obat-obatan.

G20 juga berperan dalam isu internasional lainnya, termasuk perdagangan, iklim, dan pembangunan. Pada 2016, diterapkan prinsip-prinsip kolektif terkait investasi internasional.

"G20 juga mendukung gerakan politis yang kemudian diterapkan pada Perjanjian Paris tentang Perubahan Iklim pada 2015, dan Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan," ujar Rizky.

G20 adalah forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU). G20 merepresentasikan lebih dari 60 persen populasi bumi, 75 persen perdagangan global, dan 80 persen PDB dunia.

Anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa.

G20 dibentuk pada 1999 atas inisiasi anggota G7 yang merangkul negara maju dan berkembang untuk bersama-sama mengatasi krisis, utamanya yang melanda Asia, Rusia, dan Amerika Latin. G20 bertujuan untuk mewujudkan pertumbuhan global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.

"G20 pada awalnya merupakan pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral. Namun, sejak G20 menghadirkan Kepala Negara dalam KTT dan pada 2010 dibentuk pula pembahasan di sektor pembangunan.

Sejak saat itu G20 terdiri atas Jalur Keuangan ( Finance Track ) dan Jalur Sherpa ( Sherpa Track ). Sherpa diambil dari aplikasi untuk pemandu di Nepal, menggambarkan bagaimana para Sherpa G20 membuka jalan menuju KTT (Summit ). (Pbm6)


TAGS :

Komentar