Media Berita Online Bali Terkini, Kabar Terbaru Bali - Beritabali.com

Kurikulum Merdeka Belajar Perkuat Ekosistem Pendidikan

Direktur Jenderal PAUD Dikdasmen Kemendikbudristek, Iwan Syahrir. (Foto/hms)

Badung, PorosBali.com- UNESCO mengadakan pertemuan Sub-Regional Education for Sustainable Development/ESD-Net Asia Pasifik digelar di Hotel Bintang Bali Resort, Jalan Kartika Plaza, Senin (12/6). Kegiatan ini merupakan upaya untuk mendorong pendidikan berkelanjutan di wilayah Asia-Pasifik, Hadir sebagai salah satu pembicara dalam kegiatan tersebut adalah Direktur Jenderal PAUD Dikdasmen Kemendikbudristek, Iwan Syahrir. 

ESD bertujuan bagaimana education bisa menjadi salah satu pendorong untuk bisa mencapai Sustainable Development goals  (pembangunan yang berkelanjutan) di arena global. Dalam kesempatan itu Syahrir menjelaskan kurikulum merdeka belajar. Menurutnya kurikulum ini bisa memperkuat ekosistem pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini memindakan fokus dari sebelumnya berbasis Ujian Nasional (UN) ke kemampuan fondasi seperti literasi dan umerasi. 

"Kemampuan fondasi ini menjadi prasayarat pembelajar yang berkelanjutan. Zaman yang semakin disruptif. Berganti-ganti teknologi mendisrupsi terus kehidupan kita maka dibutuhkan SDM masa depan warga dunia yang selalu untuk gemar belajar. Learn, unlearn, and relearn," tuturnya. 

Baca juga: Unud Kukuhkan Delapan Guru Besar Tetap

Kurikulum merdeka belajar memiliki keunggulan, misalnya lebih sederhana. Kontennya lebih sedikit dari kurikulum sebelumnya. Dengan konten yang lebih sedikit maka guru-guru bisa belaja bersama lebih dalam dengan anak didiknya. Jadi tidak lagi mengejar konten dan hafal-hafal tetapi lebih fokus bagaimana pembelajaran yang lebih mendalam.

Kurikulum merdeka juga lebih fleksibel. Ketika anak itu masih pencapaiannya di bawah, guru harus "menjemputnya". "Artinya mengajar sesuai dengan levelnya anak didik. Ini juga sesuai dengan ESD. Dengan demikian anak didik merasa lebih bisa untuk belajar. Saya sudah temukan buktinya di beberapa sekolah di Indonesia yang ada di pelosok," tuturnya.

Kurikulum merdeka juga lebih relavan. Dikatakannya 20 persen dari kurikulum merdeka ini melakukan pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran harus relevan dengan kehidupan yang nyata. Usai memberi materi dalam kegiatan tersebut Syahrir menyempatkan diri melihat pameran hasil karya pra siswa SMK di Badung. 

"Lintas mata pelajaran harus saling berkolaborasi. Kalau dahulu mata pelajaran itu sendiri-sendiri saja. Kini guru-guru diminta untuk berkolaborasi dari sama lain," ujarnya. (Pbm6)


TAGS :

Komentar